Minggu, 16 September 2007

Beasiswa oh.. Beasiswa...

Di zaman sekarang, "pasti tidak akan ada yang menolak bila tanpa sebab diberi uang banyak".
Di zaman sekarang, "pasti tidak akan ada yang akan menolak segala sesuatu yang gratisan".
Dan di zaman sekarang, tidak bakalan ada yang menolak beasiswa!!!

Tapi gimana kalau yang dikasih dan dijanji-janjiin tidak datang-datang, padahal sudah berharap-harap akan datang????

Mungkin ceritanya tidak jauh berbeda dengan Beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun.

Pada tahun anggaran 2007 ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sarolangun telah menganggarkan sejumlah dana yang diperuntukkan bagi putra daerah untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi dalam bentuk beasiswa/bantuan dana pendidikan pada jenjang S1, S2 dan S3. Melalui proposal yang diajukan dari dalam dan luar Kabupaten Sarolangun, maka pemerintah daerah memberikan bantuan yang disesuaikan dengan besarnya dana yang dianggarkan.

Pada dasarnya, program ini merupakan gebrakan "terbaik" yang pernah dilakukan oleh Pemda Kabupaten Sarolangun dan bahkan satu-satunya di Propinsi Jambi (terbuka untuk umum). Pemda Propinsi Jambi pun belum berani memberikan bantuan pendidikan secara terbuka dan luas seperti yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Sarolangun. Suatu program yang sangat berani dan prospektif di masa depan.

Namun apa lacur, program yang semestinya dapat meringankan mahasiswa (baik dari kalangan pegawai Pemda Kabupaten Sarolangun ataupun umum) malah menjadi beban yang memberatkan (terutama para penerima bantuan S1). Pengorbanan dan pengeluaran, baik secara materil maupun immateril, yang tidak sedikit ternyata harus sia-sia akibat belum jelasnya status pengucuran dana yang telah disetujui oleh Bupati Sarolangun.
Hingga penghujung tahun 2007, mahasiswa yang telah disetujui untuk memperoleh bantuan dana pendidikan sejak Bulan Februari, hampir sebagian besar belum menerima satu sen pun. Padahal apabila dicermati, mahasiswa yang bersangkutan telah diwajibkan membayar biaya pendidikan (SPP) sebanyak 2 kali pada tahun 2007 ini, yaitu pada Bulan Februari dan Agustus/September.

Sebenarnya apa yang terjadi???
What's happen?? There is something wrong???

Dari informasi yang banyak berkembang dikalangan umum ataupun pegawai pemda sendiri, penyebab dari kusut dan carut marutnya pencairan dana bantuan pendidikan ini sangat bervariasi sehingga perlu diinventarisir lebih lanjut. Beberapa penyebabnya antara lain :

1). Terjadinya trade-off visi antara Bupati Sarolangun dengan Pejabat di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) tentang Program Beasiswa Pemda Kabupaten Sarolangun. Hal ini diakibatkan adanya interpretasi yang berbeda dikalangan pejabat BKD terhadap ide dan keberadaan program beasiswa yang merupakan program utama Bupati Sarolangun dalam Pilkada tahun 2006 lalu, sehingga sulit menjabarkan poin-poin utama dan urgen yang semestinya dimunculkan dalam penyusunan dan pengembangan cetak biru (blue print) sistem pemberian beasiswa. Walaupun sebenarnya referensi tentang sistem yang dijadikan acuan dapat diperoleh dari pihak lain, misalnya dari Departemen Dalam Negeri RI yang pernah menawarkan kesempatan beasiswa bagi PNS dari Pemda Kabupaten Sarolangun dengan sistem yang sangat jelas dan terinci. Atau dapat juga mengacu dari sistem beasiswa yang berasal dari BAPPENAS.

2). Sistem yang tidak jelas dan transparan.
Apabila dicermati lebih lanjut, ternyata tidak ditemui adanya sistem yang transparan dan jelas terutama sehubungan dengan pembayaran dana bantuan pendidikan yang telah disetujui pencairannya. Pejabat di BKD belum mampu menterjemahkan dan menjabarkan program dalam bentuk yang lebih jelas dan sistematis, seperti syarat-syarat penerima beasiswa, besarnya dana yang diperoleh(beasiswa yang diterima oleh mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di luar negeri tentu berbeda dengan dalam negeri), batas waktu pencairan dan lain-lain.

3). Evaluasi dan pengendalian program tidak dijalankan secara efisien.
Setiap kegiatan semestinya harus dilakukan kontrol dan evaluasi untuk menilai kinerja, sehingga dapat dilakukan perbaikan di masa depan. Menurut Hunger dan Wheelen (1996) dalam bukunya Strategic Management, menyatakan bahwa Evaluasi dan pengendalian merupakan proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Elemen ini juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali.
Akibat belum terincinya sistem dari program beasiswa/bantuan pendidikan ini, tentu saja BKD akan menghadapi kesulitan dalam mengevaluasi kinerja karena parameter dan ukuran yang akan dievaluasi masih samar-samar, sehingga sangat dikhawatirkan keberlangsungan program ini di masa mendatang.

So, what should they do??

Orang bijak berkata bahwa "Tak ada gading yang tak retak" ; "No bodies perpect"!!!

Kini, hal pertama kali yang harus dilakukan adalah koordinasi dan mengkaji ulang sistem pemberian beasiswa/bantuan pendidikan yang melibatkan pihak-pihak berkompeten sehingga dapat melahirkan kembali (reborn) program beasiswa yang lebih fleksible dan benar-benar jatuh kepada orang-orang yang layak untuk dibantu, yang memberikan sumbangsih kepada daerah setelah selesai masa pendidikan demi kemajuan masyarakat Kabupaten Sarolangun.

Program beasiswa harus menjadi program yang hidup dan berkembang demi generasi muda Kabupaten Sarolangun yang mandiri dan berperadaban.

Selasa, 11 September 2007

English in Sarolangun ; Yes or No (Part 2)




Kendala dari dalam diri sendiri dalam bentuk lain adalah selalu mempertimbangkan perasaan dan pikiran orang lain. Misalnya, timbulnya rasa malu untuk berbicara dalam bahasa asing karena akan disangka orang lain sebagai tindakan yang arogan dan sombong. Budaya malu pada prinsipnya merupakan identitas masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal tersebut akan sangat positif nilainya apabila dapat ditempatkan pada posisi dan situasi yang tepat pula. Misalnya malu karena mencuri atau malu karena berbohong. Namun pada kenyataannya apabila dicermati lebih lanjut, budaya malu tersebut teraplikasi hanya pada sisi tertentu. Sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap kepribadian yang cenderung tertutup.

Bertolak dari hal tersebut, malu berbahasa dengan bahasa yang berbeda ternyata memberikan dampak yang cenderung merugikan. Stigma "Apa kata orang" akan selalu menjadi tembok kokoh dalam menghambat pengayaan kemampuan bahasa seseorang.

Bahasa Inggris tidak hanya sekedar Yes or No. Namun lebih luas dari pada itu. Koleksi bahasa yang lebih bervariasi akan sangat membantu seseorang dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan pergaulan. Kini bukan saatnya lagi menumpuk perhatian dan waktu yang lebih besar kepada "Apa kata orang". Fleksibel dan elastis, mungkin ini kata yang tepat untuk menggambarkan sikap yang diperlukan untuk dapat mengembangkan potensi diri, sehingga mampu terbang lebih tinggi.

It will be easy if we think easy. It will be difficult if we think it difficult too.
Let's start to step and leave the worst in your back.
Never shy to say everything what you think of.

Kamis, 06 September 2007

English in Sarolangun ; Yes or No

Dear my friend,

I think everybody can give us more explaination about our action. They are going to assess us and will make a complain if what we have done is impolite. Although we have gave the best, they always assess us same like their first assessment. So please, do not do wrong thing in our first step.

Butuh komitmen dan kemauan keras bagi pemerintah daerah untuk mencetak sumber daya manusia yang kompeten dan berkualifikasi tinggi, terutama pegawai yang dapat bersaing dalam kemajuan global sekarang. Dukungan dana yang kuat disertai dengan program dan sistem yang transparan serta fleksibel juga dibutuhkan agar pegawai pemerintah daerah (pemda) dapat memiliki akreditasi yang mumpuni dalam menyediakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Namun demikian, faktor dari diri sendiri juga memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan kompetensi pegawai pemda. Pada kenyataan kendala yang bersifat non teknis kadang-kadang menjadi pertimbangan utama bagi pegawai pemda dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan peningkatan pendidikan. Misalnya, faktor keluarga dan gender. Pegawai pemda terutama yang berjenis kelamin perempuan terkadang terkendala pada fungsi dan peranannya dalam keluarga dan pendidikan anak, sehingga seringkali melupakan peluang untuk dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensinya. Kendala ini pada prinsipnya dapat dieliminir dengan memberi pengaturan yang seimbang dalam peran dan tugas antara suami dan isteri (bersambung)

Rabu, 15 Agustus 2007

English in Sarolangun ; Just No Smoking

My Dearest,

Akmal, 25 tahun yang menamatkan pendidikan di salah satu SMK Jurusan Sekretaris di Kabupaten Sarolangun - Propinsi Jambi. Kadang-kadang berusaha berbahasa Inggris, namun ternyata Just No Smoking yang bisa diingat. Kenapa??? Karena sering ingin menyalakan rokok di Ruang Ajudan Bupati yang nota bene adalah ruang ber - AC... dan ditegur dengan kalimat " No Smoking Area"!!!.

Imron, 23 tahun, tamatan IPDN - kata orang gudangnya kekerasan yang sering menelan korban - namun selama pendidikannya tidak pernah mengecap betapa horornya "Jatinangor"...he...he...
Bahasa Inggris tentu tidak asing dengan pendidikannya yang tinggi, namun ternyata sulit mengerti bahasa internasional tersebut. Ternyata, begitu asing dengan bahasa yang sejak sekolah dasar diajarkan runut dengan tata bahasanya.

Rido, 22 tahun, tamat SMAN 5 Jambi Jurusan IPS. Pernah Kuliah di Jurusan Bahasa Jepang di salah satu universitas di Bandung. Namun memutuskan berhenti dan masuk Fakultas Hukum Universitas Jambi dan bertahan selama 3 bulan. Walaupun belajar Bahasa Inggris sewaktu sekolah dasar, namun karena familiar dengan berita, musik dan artikel yang menggunakan Bahasa Inggris, maka mudah sekali mengerti apa yang dikatakan seseorang dalam Bahasa Inggris.

Ketiga pemuda tersebut adalah pegawai yang bekerja sebagai staf di Pemda Kabupaten Sarolangun - Propinsi Jambi. Keterasingan dan ketidakfasihan akan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa penting dalam pergaulan global sudah menjadi masalah mendasar dalam hal kualitas sumberdaya aparatur pemerintah, terutama di daerah. Salah satu alasan mendasar disamping keterbatasan kemampuan, adalah malu untuk menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya penggunaan Bahasa Indonesia.

Ketidaksadaran dan kealfaan dalam pengembangan kemampuan bahasa bagi staf dari atasan juga memberi pengaruh yang cukup signifikan. Hal ini demikian kompleks jika dibarengi dengan anggaran dana yang minim, yang dialokasikan bagi pengembangan kompetensi dan kemampuan staf dalam menghadapi persaingan ketat dewasa ini. Sebagai contoh, persaingan dalam memperebutkan kesempatan beasiswa dari pemerintah pusat atau pun dari lembaga luar negeri yang nota bene mensyaratkan standar Bahasa Inggris yang cukup tinggi. "So, There's nothing to do without give them more opportunities"..... (bersambung)

Hasan Basri Agus ; Penghargaan Melati bagi Negeri


Peringatan Hari Pramuka ke 46
Selasa, 14 Agustus 2007, 10:21 WIB


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono hari Selasa (14/8) pagi menghadiri acara peringatan Hari Pramuka ke-46, yang diselenggarakan di Lapangan Gajah Mada, Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur,Jakarta Timur. Tema peringatan HUT Pramuka kali ini adalah Satu Dunia, Satu Janji, Satu Tekad, Tingkatkan Budi Pekerti Anak Bangsa.
Menurut Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Azrul Azwar, untuk mewujudkan revitalisasi Gerakan Pramuka, kita harusmerapatkan barisan, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa demi terciptanya tujuan pendidikan kepramukaan. "Yaitu, membina watak kaum muda yang memiliki kepribadian yang baik, disiplin yang tinggi, mandiri serta memiliki komitmen sepanjang hayat," ujarnya.Upacara peringatan hari jadi Pramuka diawali dengan penghormatan pasukan kepada Presiden SBY selaku pembina upacara, dilanjutkan laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara, mengheningkan cipta, pembacaan Pancasila, UUD 1945, pembacaan Dasa Dharma Pramuka.Presiden SBY selaku Ketua Majelis Pembimbing Gerakan Pramuka, secara simbolis menyematkan tanda penghargaan berupa Lencana Darma Bakti, Lencama Melati dan Wiratama kepada 20 tokoh Pramuka dan tokoh masyarakat yang secara terus menerus mendharma baktikan diri untuk gerakan Pramuka. Penghargaan tersebut diberikan setelah dibacakan Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Penganugrahan Tanda Penghargaan Lencana Melati, Darma Bakti dan Karya Bhakti.Mereka yang dianggap berprestasi itu antara lain Rudolf M. Pardede, Badar Ali, Ning Nicholas Tang, Sutham Phanthusak, Eric HP. Khoo, Nazaruddin, Syamsurizal, Chalik Saleh, Hasan Basri Agus, Tutty Hayati Anwar, Ramoy Markus Luntungan, Yudhi Suyoto, Mahrus Amin, Frans Lebu Raya, Wahidin Alim, Eris Herryanto, Mariati Soetijono, Noer Bahry Noor, Muhadjir Albaar,Agustamin dan Dian Yahya.Menurut Presiden, menghadapi era globalisasi, perlu dilakukan pembinaan generasi muda yang efektif melalui revitalisasi gerakan Pramuka yang harus dilaksanakan di seluruh tanah air. "Gerakan pramuka saya yakini dapat berperan dan berbuat banyak, bisa mendorong memberi contoh dan mengajak generasi muda kita untuk berprestasi dan menyelamtkan generasi muda dari kegiatan yang merusak, menghancurkan," kata SBY di hadapan sekitar 1.000 anggota Pramuka dari seluruh tanah air.Upacara kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan hymne Satya Dharma Pramuka, pembacaan doa kemudian ditutup dengan laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara.Usai mengikuti upacara, Presiden SBY beserta Ibu Ani melakukan penanaman tanaman langka secara simbolis. Presiden SBY menanam buah mundu atau Garcinia dulcis, sedangkan Ibu Negara menanam bisbul atau Diopiros phillippensis. Usai menanam pohon, Presiden beserta rombongan meninggalkan lokasi. Turut hadir mendampingi Presiden antara lain Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menpora Adhyaksa Dault, Menhub Jusman Syafii Jamal, Menkominfo M. Nuh, Seskab Sudi Silalahi serta Kapolri Sutanto.(mit)
[www.presidensby.info]

Selasa, 14 Agustus 2007


BAB II
K0ndisi Fisik
2.1. Luas dan Batas Wilayah


Kabupaten Sarolangun yang dikenal dengan daerah Sepucuk Adat Serumpun Pseko merupakan Kabupaten pemekaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 54 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999, bersamaan dengan Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung.
Geografi wilayah Kabupaten Sarolangun secara keseluruhan berada pada posisi yang cukup strategis berada di jalan Lintas Sumatera dengan luas 617.400 ha atau 6.174,00 Km2 yang terdiri dari dataran rendah 5.248 Km2 (85%) dan dataran tinggi 926 Km2 (15%).

Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/Kota di Propinsi Jambi yang berada disepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, Batang Limun, Batang Tembesi, dan Batang Merangin dengan jarak 179 Km dari Ibukota Propinsi Jambi. Wilayah Kabupaten Sarolangun berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari pada arah Utara, Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Batang Hari pada arah Timur, Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Sumatera Selatan pada arah Selatan, dan Kabupaten Merangin Pada arah Barat (seperti tergambar pada peta 2. Administrasi Kabupaten Sarolangun). Secara geografi wilayah Kabupaten Sarolangun terletak di bagian Barat Propinsi Jambi, tepatnya pada titik koordinat antara 102°03¢39¢¢ sampai 103°13¢17¢¢ Bujur Timur dan di antara 01°53¢39¢¢ sampai 02°46¢24¢¢ Lintang Selatan.

2.2. Kondisi Topografi, Fisiografi, Geologi dan Tanah

Keadaan topografi wilayah Kabupaten Sarolangun bervariasi, mulai dari datar, bergelombang sampai berberbukit-bukit. Wilayah bagian utara umumnya datar hingga bergelombang, wilayah bagian timur datar bergelombang dan wilayah bagian selatan berbukit-bukit, sedangkan wilayah bagian barat datar bergelombang. Topografi wilayah Kabupaten Sarolangun terdiri dari dataran (0-2%) seluas 94.096 Ha, bergelombang (3-15%) seluas 239.783 Ha, Curam (16-40%) seluas 165.589 Ha dan sangat curam (> 40%) seluas 117.935 Ha .
Wilayah Kabupaten Sarolangun memiliki ketinggian dengan kisaran 20 – 1.950 m dari permukaan laut. Berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut, wilayah Kabupaten Sarolangun pada sebagian besar Kecamatan Batang Asai berada pada ketinggian 600 m di atas permukaan laut, Limun 52 m di atas permukaan laut, Sarolangun dan Bathin VIII berada pada ketinggian 38 m di atas permukaan laut, Pelawan Singkut 40 m di atas permukaan laut, Pauh dan Air Hitam 24 m di atas permukaan laut, dan Mandiangin 20 m di atas permukaan laut.

2.3. Penggunaan Lahan

Karakteristik penggunaan lahan dalam wilayah Kabupaten Sarolangun meliputi lahan kering 57,55%, wilayah hutan 40,87%, dan lahan persawahan 1,56%. Telah dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan seluas 195.994 Ha.
2.4. Keadaan Iklim

Dari sisi iklim, Kabupaten Sarolangun termasuk beriklim tropis. Keadaan iklim rata-rata Kabupaten Sarolangun dari tahun 2003 sampai 2005 terlihat cukup konstan, yaitu berkisar antara 23 °C sampai dengan 32 °C. Kelembaban udara rata-rata berkisar 78 %. Curah hujan rata-rata 260 mm/tahun pada tahun 2003-2004 dan 256 mm/th pada tahun 2005.

2.5. Jenis Tanah

Jenis tanah di wilayah Kabupaten Sarolangun sebagian besar Podsolik Merah Kuning (PMK).

2.6. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Sumberdaya alam yang terbentuk melalui kekuatan atau gaya alamiah, misalnya benteng alam (landscape), panas bumi dan gas bumi, angin pasang surut dan arus laut. Adapun lingkungan hidup adalah system kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia dalam mengelola sumberdaya alam yang ada disekitarnya.
Pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan di Kabupaten Sarolangun mempertimbangkan faktor lingkungan dan sumber daya alam yang ada. Pembangunan di daerah ini juga selalu didasarkan kepada pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana. Makin banyak suatu daerah mempunyai sumberdaya alam dan dimanfaatkannya alam itu secara efisien, maka makin baiklah harapan akan tercapainya kehidupan dan kesejahteraan rakyat daerah ini dalam jangka panjang. Potensi sumberdaya alam di Kabupaten Sarolangun tergolong cukup banyak, beragam dan mempunyai daerah perairan yang cukup panjang.

Persoalan lingkungan hidup yang mengkhawatirkan di Kabupaten Sarolangun adalah banjir tahunan. Banjir tahunan ini terjadi karena aktifitas penebangan hutan yang terus dilakukan oleh kelompok- kelompok orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya mengejar materi. Disamping itu pencemaran air sungai juga tidak kalah mencemaskan masyarakat, akibat dari aktifitas penambangan emas tanpa izin (PETI) yang menggunakan air raksa/merkuri dalam proses penambangan. Dan yang lebih ironis lagi adalah limbah penambangan yang mengandung zat kimia berbahaya tersebut dialirkan ke sungai. Sungai sebagai salah satu sumber air yang dominan menjadi keruh dan berbahaya bagi kesehatan.
Namun sampai dengan tahun 2005 ini baik aktifitas penebangan hutan maupun penambangan emas Tanpa izin (Peti) masih sering terjadi. Namun data pencemaran dan pelaku pencemaran lingkungan tidak tersedia.

2.7. Sumberdaya Manusia

Secara historis sumberdaya manusia yang ada di Kabupaten Sarolangun masih sangat terbatas untuk itu perlu peningkatan dibidang sumber daya manusia guna mengelola sumber daya alam yang berlimpah secara efektif dan efisien bagi kemakmuran masyarakat Kabupaten Sarolangun yang sebesar-besarnya.
Agar manusia ataupun penduduk yang ada di Kabupaten Sarolangun dapat lebih berpotensi maka landasan agama, latar belakang pendidikan dan budayanya harus diperkuat. Faktor agama dan budaya merupakan dua hal yang penting diperhatikan karena jika agama diabaikan maka kader dan tokoh yang berasal dari Kabupaten Sarolangun ini hanya akan mempunyai visi keduniawian saja dan akan mempunyai tingkah laku tidak terpuji. Demikian juga dengan fasilitas pendidikan hendaknya terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan kecerdasan anak daerah yang ada di Kabupaten Sarolangun mempunyai keseimbangan.

Kabupaten Sarolangun ; from My Front Desk

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Sejarah Kabupaten Sarolangun
Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dicetuskan oleh Soekarno – Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, kota Sarolangun yang pernah menjadi basis patroli Belanda menjadi bagian dari Kabupaten Jambi Ilir (Timur) dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Jambi dan Bupatinya pada masa itu adalah M. Kamil.
Pada tahun 1950 hingga Jambi menjadi Propinsi tahun 1957, Sarolangun menjadi Kewedanaan bersama kota-kota lainnya yaitu Bangko, Muaro Bungo, dan Muaro Tebo yang tergabung dalam Kabupaten Merangin dengan ibukotanya semula berkedudukan di Jambi yang selanjutnya berpindah ke Sungai Emas Bangko. Sejak saat itu, Kota Sarolangun menjadi Kewedanaan selama kurang lebih 20 tahun. Selanjutnya dimulai dari tahun 1960 berdasarkan hasil sidang pleno DPRD Kabupaten Merangin dipecah menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten Bungo Tebo. Maka sejak saat itu kewedanaan Sarolangun secara resmi menjadi bagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dengan ibukotanya Bangko.
Bersamaan dengan semangat reformasi dan era otonomi daerah yang digulirkan di tanah air, maka melalui Undang – Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – Undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menuntut pemerintah pusat untuk menyempurnakan struktur pemerintahan dengan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola daerahnya secara mandiri dengan kemampuan sendiri dan kemampuan potensi yang dimiliki. Melalui Undang – Undang Nomor 54 tahun 1999 secara yuridis formal Kabupaten Sarolangun resmi terbentuk.

Selanjutnya diperkuat dengan keputusan DPRD Propinsi Jambi Nomor 2/DPRD/99 tanggal 9 Juli 1999 tentang pemekaran Kabupaten di Propinsi Jambi menjadi 9 Kabupaten dan 1 Kota. Atas dasar kebijakan tersebut, maka pada tanggal 12 Oktober 1999 Kabupaten Sarolangun resmi menjadi daerah otonom dengan Drs. H. Muhammad Madel, MM sebagai Bupati. Secara defenitif, Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sarolangun dilantik pada tanggal 31 Juli 2001 dengan pasangan Bupati dan wakil Bupati terpilih Drs. H. Muhammad Madel dan Drs. H. Maryadi Syarif. Secara administratif pada awal berdirinya Kabupaten Sarolangun terdiri dari 6 Kecamatan dengan 108 desa, 4 Kelurahan, dan 2 Desa unit transmigrasi.
Dalam rangka melengkapi kelembagaan pemerintahan dan birokrasi publik sebagai Kabupaten Pemekaran, maka lembaga legislatif DPRD pada awal berdirinya masih merupakan bagian dari DPRD Kabupaten Sarolangun Bangko (Sarko). Pemisahan lembaga legislatif Kabupaten Sarolangun dibentuk bersamaan dengan dasar Undang – Undang Nomor 54 tahun 1999 dan selanjutnya disempurnakan kembali melalui Undang Undang Nomor 14 tahun 2000 dengan jumlah anggota DPRD sebanyak 25 orang.
Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, pemerintah Kabupaten Sarolangun terus melaksanakan pembenahan dan penataan fisik maupun non fisik pembangunan dan juga penataan struktrural organisasi pemerintahan. Untuk memperpendek dan mempermudah jalur pelayanan birokrasi kepada masyarakat, maka melalui Peraturan Daerah Nomor 04 tahun 2004 dan Peraturan Daerah Nomor 39 tahun 2004, Kabupaten Sarolangun dimekarkan dari 6 Kecamatan menjadi 8 Kecamatan. Pada tahun 2007, telah dimekarkan pula sebanyak 2 kecamatan, sehingga jumlah seluruh kecamatan di Kabupaten Sarolangun sebanyak 8 kecamatan.

1.2. Lambang Daerah Kabupaten Sarolangun






Unsur - Unsur, Arti Dan Makna Serta Warna Lambang
Bentuk Lambang Persegi Lima :
Melambangkan kesetiaan Kabupaten Sarolangun pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazaskan Dasar Negara “ Pancasila”.
Perisai Berwarna Merah :
Melambangkan keberanian dan jiwa patriotisme rakyat Kabupaten Sarolangun dalam menentang penjajahan pada masa lalu untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
Dasar Warna Biru :
Melambangkan alam Kabupaten Sarolangun yang masih tenteram dan damai.
Dasar Lambang Warna Hijau Berbukit-bukit :
Melambangkan Wilayah Kabupaten Sarolangun yang masih subur makmur dengan bukit-bukit yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi Daerah Pertanian, Perkebunan dan Pertambangan. Bukit tersebut yaitu : BUKIT BULAN, BUKIT TUJUH, BUKIT RAYO, PERBUKITAN BATANG ASAI dan CAGAR ALAM BUKIT DUA BELAS.
Qubah Mesjid dan Lima Pintu Masjid :
Melambangkan ketaatan masyarakat Kabupaten Sarolangun dalam menjalankan ibadahnya kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mengamalkan seluruh isi sila-sila dari Pancasila.

Tiga Tingkat Bangunan di Bawah Puncak Masjid Berwarna Putih :
Melambangkan tampuk Pemerintahan Kabupaten Sarolangun yang terdiri dari eksekutif dan legislatif serta mengikutsertakan masyarakat dalam membangun daerahnya disegala bidang dengan hati dan tulus iklas.
Jembatan Duo Sebandung :
Melambangkan ciri khas Kabupaten Sarolangun dengan adanya jembatan yang menjadi penghubung dan alat pemersatu dalam dan luar kota yang sangat berperan bagi pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Sarolangun.
Empat Ruas Jembatan Gantung :
Melambangkan adanya empat kelurahan di Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun sewaktu Kabupaten ini berdiri.
Lima Ruas Jembatan Lintas :
Melambangkan Lima sungai yang ada di Kabupaten Sarolangun, yaitu : SUNGAI BATANG ASAI, BATANG LIMUN, BATANG AIR HITAM, BATANG MERANGIN DAN BATANG TEMBESI.
Kapas Warna Putih :
Melambangkan Kesejahteraan Kabupaten Sarolangun.
Tali Warna Coklat Tua :
Melambangkan ikatan persaudaraan dan tenggang rasa pada masyarakat Kabupaten Sarolangun.
Padi Warna Kuning Emas :
Melambangkan Kemakmuran masyarakat Kabupaten Sarolangun.
Jumlah Kapas Dua Belas Tangkai, Tali Sepuluh Gelung, Dan Padi Kiri dan Kanan Berjumlah
Sembilan Butir :
Melambangkan peresmian berdirinya Kabupaten Sarolangun pada tanggal 12 Oktober 1999.
Warna Orange :
Melambangkan kemesraan dan keramahtamahan masyarakat Kabupaten Sarolangun.
Warna Kuning :
Melambangkan kemuliaan hati masyarakat Kabupaten Sarolangun.

Balai Adat :
Melambangkan tempat silang dan berpatut, tempat kusut berselesai.
Warna Hitam Atap Balai Adat :
Melambangkan persatuan dan kesatuan Kabupaten Sarolangun.
Satu Pintu dan Dua Jendela (Rumah) Adat :
Melambangkan pintu keluar masuknya Pimpinan adat dalam menyelesaikan masalah adat (kusut tempat berselesai, silang tempat berpatut) oleh Tiga Pimpinan, yaitu : Pimpinan Adat, Pimpinan Syarak dan Pimpinan Pemerintahan yang disebut tali tigo sepilin.
Enam Ruas Pintu Tengah Balai Adat :
Melambangkan Enam Kecamatan yang ada sewaktu berdirinya Kabupaten Sarolangun, yaitu : KECAMATAN SAROLANGUN, PAUH, MANDIANGIN, PELAWAN SINGKUT, LIMUN dan BATANG ASAI.
Dua Belas Takah Tangga Warna Putih :
Melambangkan adanya dua belas Margo yang ada di Kabupaten Sarolangun sebagai asal-usul berdirinya kecamatan yang ada di Kabupaten Sarolangun. Marga tersebut yaitu:
1. MARGA BATIN V SAROLANGUN
2. MARGA BATIN VII TANJUNG
3. MARGA SIMPANG TIGA PAUH
4. MARGA AIR HITAM
5. MARGA BATIN VI MANDIANGIN
6. MARGA PELAWAN
7. MARGA DATUK NAN TIGO
8. MARGA CERMIN NAN GEDANG
9. MARGA BUKIT BULAN
10. MARGA BATANG ASAI
11. MARGA SUNGAI PINANG
12. MARGA BATIN PENGAMBANG
Sebuah Keris Lekuk Sembilan Warna Kuning Emas :
Melambangkan Kabupaten Sarolangun berada di bawah naungan sebuah Propinsi yang berlambang “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”.

Sebuah Gong :
Melambangkan kebudayaan dan Adat Istiadat Kabupaten Sarolangun, yaitu berupa penyampaian pesan dari bathin kepada masyarakat.
Warna Coklat Muda Dinding Rumah :
Melambangkan kelemah-lembutan dan adat sopan santun masyarakat Kabupaten Sarolangun.
Dua Tiang Jerambah Lintas :
Melambangkan tonggak penghubung antara adat dan sara’ yang tersimpul dalam pepatah adat yang berbunyi “ADAT BERSENDI SARA’, SARA’ BERSENDI KITABULLAH”.
Motto Lambang Daerah “Sepucuk Adat Serumpun Pseko”
Melambangkan masyarakat Kabupaten Sarolangun bersama Pemerintah Daerah selalu menjunjung tinggi adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan bagian dari pusako Nenek Moyang yang sudah turun temurun dan merupakan warisan dan nilai budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan.

Rabu, 25 Juli 2007

2day is thursday

Dear,

Seperti biasa.... wake up pukul 04.20 wib. Brrr....brr...dingin banget!!! Langit klihatan sedang mendung.... dan byurr....kehujanan pas sedang naik ojek ke kantor....nasibbb!!1

Malam akhir-akhir ini agak sibuk... tanggal 11 bulan depan kan ntar mo tes english!!! Barabeh banget dah.
Padahal sudah bikin skedul segala 2 bulan lalu...
Stess banget dah!!! kan english ku kacoww....

Tiap hari bacaannya musti english,... kata orang c spy terbiasa dengan hurup2nya!!
Trus juga dengerin lagu2 barat...spy bisa nglatih kuping dengan english!!

Stresss.....

Nih juga mo urus surat dinas....biar bisa dapet ongkos....he...he...

Bos lagi ga ada...so agak bosan juga c...
G ada tantangannya...

C u next dah!!!
Lagi boring!!!

Kamis, 05 Juli 2007

My day frid@y 6th

Dear,

Wake up seperti biasa pukul 04.25wib. Trus ga ngapa-ngapain selain laporan seperti biasa.
Malemnya aq seperti biasa juga ; ga nonton tv...padahal kan tadi malem ada pemilihan ratu sejagadnya Indon...tapi gpp, kan bukan aq juga yang kepilih..he...he...

Kadang-kadang pengen c kepilih, tapi orang-orang pasti ga mau pilih!!! coz' aq kan ga kompeten buat yang gituan...iihhh...ga pede pake dressnya c, ntar kelihatan dah keteknya....kan maluuuu...

2day, seperti biasa ke kantor. Pagi2 banget c untuk ukuran kabupaten aq..!!!
Bersih2 ruang bos dulu seperti biasa. Cuma Ngomando saja...
But thanks God dah...ga banyak tamu hari ini, jadi agak nyantai lahh...
Trus juga ga banyak surat, trus juga sudah ada new comer jadi legaaaa banget!!!serasa di angkasa...he...he...

Kerja di Kabupaten ada enaknya juga ya...yang pasti sedikit saingan ...he....he.... apalagi kalo dapet posisi yang rada2 empuk (I mean kursi sofa empuk!!!!).

Skarang 11.04wib. Masih sepi. Tamu masih ga sebanyak biasa.... maklum, kan friday!!! Sebentar lagi kan mau jum'atan...
Ntar lagi juga bakal bel pulang...
Naaahhh...kan bel pulang....!!!!

To be bersambung.....