Rabu, 15 Agustus 2007

English in Sarolangun ; Just No Smoking

My Dearest,

Akmal, 25 tahun yang menamatkan pendidikan di salah satu SMK Jurusan Sekretaris di Kabupaten Sarolangun - Propinsi Jambi. Kadang-kadang berusaha berbahasa Inggris, namun ternyata Just No Smoking yang bisa diingat. Kenapa??? Karena sering ingin menyalakan rokok di Ruang Ajudan Bupati yang nota bene adalah ruang ber - AC... dan ditegur dengan kalimat " No Smoking Area"!!!.

Imron, 23 tahun, tamatan IPDN - kata orang gudangnya kekerasan yang sering menelan korban - namun selama pendidikannya tidak pernah mengecap betapa horornya "Jatinangor"...he...he...
Bahasa Inggris tentu tidak asing dengan pendidikannya yang tinggi, namun ternyata sulit mengerti bahasa internasional tersebut. Ternyata, begitu asing dengan bahasa yang sejak sekolah dasar diajarkan runut dengan tata bahasanya.

Rido, 22 tahun, tamat SMAN 5 Jambi Jurusan IPS. Pernah Kuliah di Jurusan Bahasa Jepang di salah satu universitas di Bandung. Namun memutuskan berhenti dan masuk Fakultas Hukum Universitas Jambi dan bertahan selama 3 bulan. Walaupun belajar Bahasa Inggris sewaktu sekolah dasar, namun karena familiar dengan berita, musik dan artikel yang menggunakan Bahasa Inggris, maka mudah sekali mengerti apa yang dikatakan seseorang dalam Bahasa Inggris.

Ketiga pemuda tersebut adalah pegawai yang bekerja sebagai staf di Pemda Kabupaten Sarolangun - Propinsi Jambi. Keterasingan dan ketidakfasihan akan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa penting dalam pergaulan global sudah menjadi masalah mendasar dalam hal kualitas sumberdaya aparatur pemerintah, terutama di daerah. Salah satu alasan mendasar disamping keterbatasan kemampuan, adalah malu untuk menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya penggunaan Bahasa Indonesia.

Ketidaksadaran dan kealfaan dalam pengembangan kemampuan bahasa bagi staf dari atasan juga memberi pengaruh yang cukup signifikan. Hal ini demikian kompleks jika dibarengi dengan anggaran dana yang minim, yang dialokasikan bagi pengembangan kompetensi dan kemampuan staf dalam menghadapi persaingan ketat dewasa ini. Sebagai contoh, persaingan dalam memperebutkan kesempatan beasiswa dari pemerintah pusat atau pun dari lembaga luar negeri yang nota bene mensyaratkan standar Bahasa Inggris yang cukup tinggi. "So, There's nothing to do without give them more opportunities"..... (bersambung)

Tidak ada komentar: